Sabtu, 22 September 2007

Ramadan Bulan Pembersih Hati

Ramadan Bulan Pembersih Hati

Oleh : Ibnu Yusuf Al-Sampiti (hamba yang dhoif)

Ramadan adalah bulan pembersih hati manusia dari segala dosa. Berdasarkan perintah Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yang intinya adalah perintah berpuasa bagi orang-orang yang beriman agar mereka menjadi orang yang bertakwa.
Jadi, hasil orang yang berpuasa adalah ketakwaan kita pekda Allah SWT. Takwa secara harpiah maknanya adalah melakukan segala perintah Allah dan tidak melanggar segala perintah Allah.
Apabila kita melanggar perintah Allah berarti berdosa. Para ulama banyak menggambarkan dosa itu bagaikan debu. Apabila debu menempel di atas kaca maka lambat laun kaca yang bening akan buram, bahkan menghitam karena debu yang tebal.
Para ulama memisalkan kaca adalah hati, apabila hati gelam maka cahaya ilahiah tidak bisa memancar ke dalamnya.
Cahaya ilahiah adalah manivestasi dari perintah-perintah Allah yang tentu perintah itu adalah kebenaran, kebaikan, keindahan, kenyamanan, kemudahan dan segala hal yang menghantarkan kita ke dalam surga.
Lawan dari mengerjakan perintah Allah adalah melanggar perintah Allah yang tidak lain adalah kesalahan, keburukan, kotor, dan lambang-lambang dosa yang bisa menjerumuskan kita ke neraka.
Masih berdasarkan dalil surah Al-Baqarah ayat 183 yang menyebutkan “…berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…”
Maka bisa kita pahami bahwa puasa sebetulnya adalah teknis untuk menghilangkan dosa. Puasa bukan sekedar Manahan makan, minum dan berjima (hubungan badan bagi suami istri) tetapi jauh lebih dalam puasa adalah obat penyakit hati.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah mengatakan hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi cacat. Diterangkannya pula di hati yang cacat ada dua materi yang saling tarik menarik. Ketika memenangkan pertarungan di hati ada kecintaan kepada Allah yang ditunjukkan dengan keimanan, keikhlasan, ketawakalan kepada-Nya.
Tetapi apabila hati kalah dalam pertarungan maka yang hadir adalah kecintaan kepada nafsu, kesesatan, ambisius, dengki, takabur, sombong, angkuh, cinta kekuasan dan berbuat kerusakan di muka bumi.
Allah SWT berfirman dalam surah Yunus ayat 57 yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Ibnu Qoyyim mengatakan, pada diri Rosulullah Muhammad SAW terdapat semua contoh yang dapat menyembuhkan diri kita dari penyakit hati. Ia adalah penyembuh apa yang ada di dalam hati dari penyakit kebodohan dan kesesatan, karena sesungguhnya kebodohan adalah penyakit obatnya ilmu dan petunjuk, kesesatan adalah penyakit obatnya kebenaran.
Allah berfirman dalam surah An-Najm ayat 1-2 yang artinya “ Demi bintang ketika terbenam, Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru”.
Rosulullah Muhammad SAW berdasarkan perintah Allah SWT telah memberikan jalan keluar untuk menghilangkan dosa-dosa, walaupun dosa itu sudah berkerak di hati kita. Jalan keluar itu adalah berpuasa di bulan Ramadan.
Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi menjelaskan bulan Ramadan dibagi dalam tiga kelompok. Pertama adalah orang yang tidak mempunyai beban dosa sehingga semenjak permulaan Ramadan mereka telah memperoleh curahan rahmat dah nikmat. Kedua adalah orang yang beban dosanya ringan sehingga mereka memperoleh ampunan dari Allah setelah berpuasa beberapa hari karena keberkahan puasa dan balasan atas puasa mereka dosa-dosanya diampuni pada bulan Ramadan.
Ketiga adalah orang yang berdosa besar, bagi mereka yang telah memperoleh rahmat Allah dari permulaan dan benar bertaubat dan menjalankan puasa hingga akhir maka dosa-dosa mereka diampuni. Maka tidak perlu ditanyakan lagi berapa banyak rahmat Allah yang bercucuran atas mereka (Wallahu alam).
Bagi orang yang berdosa besar, ada ketentuan lain yang harus dipenuhinya yaitu harus bertobat, tabatun nasoha yaitu bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulanginya lagi. Di bulan puasa Ramadan, Allah SWT memberikan rahmat dan kenikmatan sehingga upaya untuk bisa mendapat tobatun nasoha bisa terpenuhi.
Kenapa dosa besar bisa luntur apabila seseorang sudah melakuan tobatun nasoha, hal itu karena dosa besar bisa membuat seseorang ketagihan, kecanduan sehingga dapat membuat orang berkeinginan melakukan lagi dan terjerumus dalam lumpur dosa lagi.
Apakah dosa besar itu? Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Shadiq pernah ditanya oleh Amru bin Ubaid, seorang ulama Bashrah, dan seorang zahid tentang dosa-dosa besar. Kemudian beliau menjawab sambil menyebutkan dalilnya dari Al Qur’an. Di antara dosa-dosa besar adalah:
1. Syirik kepada Allah (An Nisaa: 48, Al Maaidah: 72)2. Berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah (Yusuf: 87)3. Merasa aman dari ancaman Allah (Al A’raf: 99)4. Durhaka pada orang tua (Maryam: 32)5. Membunuh (An Nisaa: 93)6. Menuduh wanita baik-baik berbuat zina (An Nuur: 23)7. Memakan riba (Al Baqarah: 275)8. Lari dari medan pertempuran (Al Anfaal: 16)9. Memakan harta anak yatim (An Nisaa: 10)10. Berbuat zina (Al Furqaan: 68-69)11. Menyembunyikan persaksian (Al Baqarah: 283)12. Sumpah palsu (Ali Imran: 77)13. Berkhianat atas ghanimah (Ali Imran: 161)14. Minum khamr (Al Maaidah: 90)15. Meninggalkan shalat (Al Muddatsir: 42-43)16. Melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi (Al Baqarah: 27)
Kemudian Ibnul Qayyim pernah berkata: “Dosa-dosa besar biasanya disertai dengan rasa malu dan takut serta anggapan besar atas dosa tersebut, sedang dosa kecil biasanya tidak demikian. Bahkan yang biasa adalah bahwa dosa kecil sering disertai dengan kurangnya rasa malu, tidak adanya perhatian dan rasa takut, serta anggapan remeh atas dosa yang dilakukan, padahal bisa jadi ini adalah tingkatan dosa yang tinggi (tahdzib madarij as salikin hal 185-186).
Sebagai seorang mu’min, hendaknya kita tidak menganggap remeh dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu, ia berkata : “Sesungguhnya seorang mu’min, ia melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk dibawah gunung, ia takut kalau gunung itu jatuh menimpanya. Dan sesungguhnya seorang fajir (yang banyak berbuat dosa) melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya maka ia berbuat demikian menggerakkan tangannya maka ia mengusirnya.”
Di bulan Ramadan ini mari kita berharap Allah selalu membukakan pintu tobat bagi kita. Mari kita jalankan amal ibadah dari awal hingga akhir Ramadan tanpa terputus, bahkan kita lanjutkan saat nanti Ramadan berlalu.
Ingatlah, kematian ada di tangan Allah SWT. Kematian tidak memandang usia, jabatan, kekayaan. Berbuat baik dan beramal sholeh adalah kesempatan terakhir kita untuk memperbaiki diri. (saya berlindung kepada Allah dari segala kekurangan).

Tidak ada komentar: